Seiring dengan perubahan dinamika ekonomi global dan domestik, industri perbankan di Indonesia diperkirakan akan menghadapi sejumlah tantangan besar pada tahun ini. Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas), yang merupakan asosiasi bank swasta nasional, menyatakan bahwa para pemimpin bank di tanah air perlu lebih waspada dan siap menghadapi potensi ancaman yang dapat mengguncang stabilitas sektor perbankan.
Menurut Perbanas, ada beberapa faktor yang dapat menambah beban sektor perbankan pada 2025, mulai dari ketidakpastian ekonomi global, fluktuasi nilai tukar, hingga peningkatan risiko siber yang semakin kompleks. Dalam laporan terbaru, Perbanas juga mengungkapkan bahwa kecenderungan perubahan kebijakan moneter global dan gejolak ekonomi beberapa negara besar dapat memengaruhi likuiditas dan kualitas aset perbankan di Indonesia.
Selain itu, risiko siber menjadi ancaman serius yang semakin berkembang seiring dengan meningkatnya penggunaan digital banking. Dalam beberapa tahun terakhir, bank-bank di Indonesia telah menjadi target serangan dunia maya yang bisa merugikan baik dari segi finansial maupun reputasi. Dengan semakin pesatnya adopsi teknologi oleh nasabah, maka perlindungan terhadap data dan transaksi menjadi lebih penting daripada sebelumnya.
Untuk itu, Perbanas mendorong para bankir untuk meningkatkan kapasitas manajerial dalam menghadapi ketidakpastian ini serta memperkuat sistem keamanan siber. Di samping itu, mereka juga diminta untuk memperhatikan perkembangan regulasi yang semakin ketat, baik dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maupun dari pihak internasional.
Secara keseluruhan, meskipun sektor perbankan Indonesia saat ini relatif stabil, peringatan dari Perbanas ini menunjukkan bahwa kesiapsiagaan dan respons yang cepat terhadap potensi ancaman harus menjadi prioritas utama bagi setiap bank yang ingin terus berkembang di tengah ketidakpastian ini.