
Masa Orientasi Kehidupan Kampus (MOKK atau OSPEK) merupakan fase awal yang dilalui oleh mahasiswa baru saat memasuki lingkungan perguruan tinggi. Kegiatan ini pada dasarnya bertujuan untuk memperkenalkan sistem akademik, budaya kampus, serta membangun solidaritas antar mahasiswa. Namun, dalam praktiknya, orientasi ini tidak jarang disusupi oleh praktik dominasi sosial yang justru merusak esensi pendidikan itu sendiri.
Memahami Dominasi Sosial
Dominasi sosial merujuk pada upaya individu atau kelompok untuk mempertahankan posisi hierarkisnya dengan cara mengendalikan atau menundukkan pihak lain. Dalam konteks kampus, dominasi ini kerap muncul dalam bentuk relasi senior-junior yang timpang. Mahasiswa senior merasa memiliki kuasa lebih atas mahasiswa baru, baik secara simbolik maupun praktis, dengan dalih “tradisi” atau “pembentukan mental”.
Wujud Praktik Dominasi dalam Orientasi
Dominasi sosial dalam MOKK dapat muncul dalam berbagai bentuk, antara lain:
-
Tugas berlebihan dan tidak relevan: Mahasiswa baru seringkali diberikan tugas yang tidak berkaitan dengan pembelajaran atau pengenalan kampus, seperti membuat yel-yel berjam-jam, membawa atribut aneh, atau menghafal nama senior.
-
Verbal abuse dan intimidasi: Bentakan, cacian, hingga ancaman kadang dianggap “pembinaan mental”, padahal lebih menyerupai bentuk kekerasan psikologis.
-
Hierarki kaku dan penyeragaman: Mahasiswa baru seringkali dipaksa untuk tunduk dan patuh tanpa ruang untuk berdialog, seolah-olah pendapat mereka belum sah karena masih “baru”.
Dampak Negatif yang Ditimbulkan
Praktik dominasi sosial ini dapat membawa dampak serius bagi mahasiswa baru, seperti:
-
Rasa takut dan rendah diri: Lingkungan kampus yang semestinya menjadi ruang aman untuk tumbuh justru menjadi tempat yang menekan psikologis.
-
Reproduksi budaya kekerasan: Mahasiswa yang pernah menjadi korban seringkali menjadi pelaku di masa depan, menciptakan siklus kekerasan yang sulit diputus.
-
Terhambatnya proses adaptasi positif: Alih-alih mengenal dunia akademik, mahasiswa baru justru terfokus pada hal-hal seremonial dan tekanan sosial.
Menuju Orientasi yang Humanis
Sudah saatnya orientasi kehidupan kampus dikembalikan pada tujuan mulianya: pengenalan dunia akademik dan pembentukan karakter yang inklusif serta kritis. Bentuk orientasi yang baik adalah yang mendukung keterlibatan aktif, dialog antar mahasiswa, dan penghormatan terhadap martabat semua pihak.
Beberapa langkah konkret yang dapat diambil:
-
Evaluasi menyeluruh program orientasi oleh pihak kampus dan mahasiswa.
-
Pelibatan psikolog dan pendidik dalam menyusun materi kegiatan.
-
Penerapan sanksi tegas terhadap praktik kekerasan dan pelecehan.
-
Pemberdayaan organisasi mahasiswa sebagai mitra kritis, bukan sekadar pelaksana.
Penutup
Masa orientasi seharusnya menjadi titik awal pembebasan intelektual, bukan justru ajang replikasi dominasi sosial yang kontraproduktif. Dengan menciptakan ruang orientasi yang sehat dan edukatif, kampus tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga tempat tumbuh sebagai manusia yang merdeka.