
Di tengah meningkatnya kesenjangan sosial dan dampak ekonomi yang masih dirasakan masyarakat pasca pandemi, sekelompok mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi menggagas gerakan sosial bertajuk “Mahasiswa Berbagi Beras”. Gerakan ini bertujuan untuk membantu masyarakat kurang mampu dengan mendistribusikan paket beras secara rutin ke wilayah-wilayah yang membutuhkan. Uniknya, inisiatif ini mendapat dukungan penuh dari kalangan akademisi.
Gerakan yang dimulai dari kampus-kampus di wilayah [nama wilayah atau kota] ini digagas oleh mahasiswa dengan latar belakang organisasi intra dan ekstra kampus. Mereka mengumpulkan donasi dari sesama mahasiswa, dosen, alumni, dan masyarakat umum. Dana yang terkumpul kemudian digunakan untuk membeli beras dan kebutuhan pokok lain yang didistribusikan kepada warga kurang mampu, terutama lansia, buruh harian, dan pekerja sektor informal.
Salah satu penggagas gerakan, [Nama Mahasiswa], mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk nyata kepedulian sosial generasi muda terhadap kondisi di sekitarnya.
“Kami ingin membuktikan bahwa mahasiswa bukan hanya kritis dalam wacana, tetapi juga mampu hadir langsung membantu masyarakat. Gerakan ini sederhana, tetapi kami yakin dampaknya besar bagi yang membutuhkan,” ujarnya.
Dukungan dari para akademisi datang dalam berbagai bentuk, mulai dari donasi, penyediaan fasilitas logistik, hingga pelibatan dalam perencanaan dan evaluasi gerakan. Salah satu dosen yang aktif mendukung gerakan ini, Dr. [Nama Dosen], menyebut bahwa kegiatan ini sejalan dengan nilai-nilai tridarma perguruan tinggi, khususnya pengabdian kepada masyarakat.
“Gerakan ini memperlihatkan sinergi antara idealisme mahasiswa dan peran akademisi. Kami sebagai pendidik merasa bangga bisa mendampingi mereka, tidak hanya dalam kelas, tetapi juga dalam aktivitas sosial yang nyata,” ungkapnya.
Seiring berjalannya waktu, gerakan Mahasiswa Berbagi Beras telah menyebar ke berbagai kota lain melalui jejaring organisasi mahasiswa dan kampus. Media sosial pun menjadi alat penting dalam memperluas jangkauan gerakan ini, baik untuk promosi maupun pelaporan kegiatan secara transparan.
Rencananya, gerakan ini akan dikembangkan menjadi program berkelanjutan, termasuk kerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat dan koperasi petani lokal. Hal ini diharapkan tidak hanya membantu masyarakat penerima, tetapi juga memberdayakan petani sebagai pemasok beras utama.
Gerakan ini menjadi bukti bahwa solidaritas sosial dan kepedulian tidak mengenal batas usia atau status. Dengan semangat gotong royong dan kolaborasi, mahasiswa dan akademisi mampu menjadi agen perubahan yang memberikan harapan nyata bagi masyarakat.